Selasa, 03 Februari 2009

MAKNA IBU



Menjadi ibu bukan hanya lantaran alasan bilogis semata, tapi jauh dari itu adalah kesungguhan untuk membuktikan cinta yang paling agung. Lekatan cinta antara ibu dan anaknya tak akan pernah dapat dilerai oleh apapun walau sekaliber maut sekalipun. Manusia mana selain daripada Nabi Adam yang tidak memiliki ibu? Sungguh, setiap kali menyebut “ibu” membuat dada ini bergetar, ada nuansa sejuk yang mendamaikan. Ya, ada cinta di sana dan tumpuan kasih sayang seperti aliran sungai dari gunung yang tak akan pernah kering menuangkan air cinta itu ke muara yang dahaga.
Kasih seorang ibu dapat berkembang dalam diri setiap orang untuk mengasihi putranya dan meningkat hingga mengasihi semua makhluk. Ketika manusia mengasihi semua makhluk seperti kasih bumi terhadap semua makhluk, maka pada saat demikian seseorang sudah selaras dengan alam, jiwanya menyatu dengan alam semesta. Hanya apabila pria ataupun wanita dapat memberikan kasih tanpa pamrih dapat dikatakan selaras dengan alam semesta. Keselarasan dengan alam semesta akan mendekatkan diri kepada Ilahi, Bunda Alam Semesta. Surga.


Ibu menjadi simbol akan makna cinta sejati, lautan kasih sayang yang tak pernah mengenal kata tepi. Sungguh, setiap membaca kisah “ibu-ibu” yang lain, dalam pembuktiaan akan makna lautan cinta itu membuat bola mata ini terasa panas dan dada bergemuruh pada kerinduan yang membuncah. Ibu, di dekap dadamu bersemayam semua kedamaian.
Dadamu selalu lapang bagi semua keluh-kesah anakmu yang mencari pengakuan yang di luar sana selalu menjadi bahan cacian dan ejekan kebengisan dunia. Tak ada cinta yang mampu menandingi cintamu. Dan sebesar apapun bakti kami, namun itu tak akan mampu menebus setetes air susu yang engkau aliran dari tubuhmu yang menjadi darah daging di tubuh kami.